Buta Aksara Masih Tinggi di Probolinggo, GMNI Angkat Suara
Probolinggo, — Masalah buta aksara yang masih tinggi di Kabupaten Probolinggo menjadi sorotan tajam dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Probolinggo. Organisasi mahasiswa ini mendesak pemerintah daerah agar segera mengambil tindakan nyata guna mengatasi persoalan yang dinilai menghambat kemajuan kualitas generasi muda.
Ketua GMNI Probolinggo, Devia Rosa Amalinda, menyampaikan keprihatinannya dalam sebuah pernyataan resmi. Ia menegaskan bahwa masih banyak warga di wilayah ini yang belum memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis. Situasi tersebut, menurutnya, menjadi tantangan besar dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing.
“Pemerintah harus lebih serius dalam memastikan pemerataan pendidikan, terutama di wilayah-wilayah terpencil yang selama ini kurang tersentuh,” ungkap Devia.
GMNI menilai, solusi atas persoalan ini tidak cukup hanya dengan program formal. Diperlukan peningkatan fasilitas pendidikan dan pelibatan aktif masyarakat dalam upaya pemberantasan buta aksara. Sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan komunitas lokal dianggap sebagai kunci utama keberhasilan.
Lebih lanjut, GMNI menyatakan komitmennya untuk berkontribusi dalam program-program literasi, asalkan ada kesungguhan dari pihak pemerintah dalam mewujudkan perubahan.
“Kami siap turun langsung mendampingi masyarakat, tetapi harus ada itikad baik dan langkah konkret dari pemerintah,” tegas Devia.
Organisasi ini pun berharap agar isu buta aksara dijadikan prioritas dalam kebijakan pembangunan, khususnya dalam aspek peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Probolinggo.
Pewarta: Afandy | Editor: Riaf