Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

RMI Kraksaan Gelar Seminar Literasi Digital di Kampoeng Kita: Soroti Hoaks, Toleransi, dan Ancaman Radikalisme Online

Monday, June 16, 2025 | June 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-16T08:35:43Z

Probolinggo, 16 Juni 2025 — Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Kota Kraksaan menggelar seminar edukatif bertajuk “Bijak Bermedia Sosial: Menangkal Hoaks dan Menumbuhkan Toleransi” di Kampoeng Kita, Desa Condong, Kabupaten Probolinggo, Senin (16/6/2025). Kegiatan ini dihadiri ratusan peserta dari kalangan santri, pengasuh pesantren, serta pegiat literasi digital.

Hadir dalam acara tersebut Ketua PC RMI Kraksaan, Habiburrohman, yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari KH. Mochammad Mahrus, Direktur Aswaja Center Jawa Timur yang juga anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi Gerindra

“Dukungan penuh dari Kyai Mahrus bukan hanya dalam bentuk kehadiran, tapi juga komitmen beliau terhadap penguatan moderasi beragama di tengah tantangan ruang digital yang makin kompleks. Ini adalah bentuk nyata sinergi antara ulama dan umara,” tegas Habiburrohman.


Seminar ini menghadirkan dua narasumber utama: Dr. Ahmad Fawaid, M.Th.I., peneliti Akurat Research Center yang juga dikenal sebagai kampanye moderasi agama, serta Wahab Sya’roni, M.Kom, akademisi dari UNUJA yang membidangi isu hoaks dan ujaran kebencian di dunia maya.

Dalam pemaparannya, Dr. Ahmad Fawaid menguraikan bagaimana media sosial telah menjadi sarana baru bagi penyebaran ekstremisme berbasis narasi, bukan lagi sekadar senjata fisik. Ia menekankan bahwa “radikalisme hari ini merasuk lewat algoritma dan konten yang memprovokasi, bukan lagi lewat mimbar-mimbar konvensional.”

Sementara itu, Wahab Sya’roni memaparkan materi mengenai dampak hukum dan sosial dari penyebaran hoaks dan ujaran kebencian berbasis identitas. Ia menjelaskan secara detail ciri-ciri ujaran kebencian, bentuknya di media sosial, serta cara melaporkannya secara hukum. “Kita tidak bisa hanya mengimbau bijak bermedia sosial, tetapi juga harus paham regulasi dan tahu cara bertindak jika menemukan konten berbahaya,” ujarnya .

Kegiatan ini menjadi bagian dari ikhtiar RMI untuk mendorong pesantren agar lebih adaptif terhadap tantangan zaman, khususnya dalam membekali para santri dengan kemampuan kritis menghadapi arus informasi digital yang seringkali bias dan menyesatkan.


KH. Mochammad Mahrus yang turut hadir menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Menurutnya, “Santri hari ini bukan hanya penjaga kitab, tapi juga penjaga ruang digital. Maka penting bagi pesantren menjadi benteng literasi digital dan moderasi beragama.”

Acara berlangsung dengan semangat kolaboratif dan ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama untuk memerangi hoaks, ujaran kebencian, serta segala bentuk narasi intoleransi di ruang publik digital.

×
Berita Terbaru Update